Rabu, 26 Maret 2014

Tokoh-tokoh yang disebut-sebut sebagai kunci dari krisis di ukraina

Presiden Viktor Yanukovych

Presiden Yanukovych tetap menentang seruan untuk mengundurkan diri terhadap dia dan pemungutan suara Parlemen yang dengan bulat memberhentikan dia dari jabatannya, Sabtu, 22 Februari 2014. Tidak jelas apakah suara bulat Parlemen itu akan diikuti oleh upaya hukum lainnya.

Dalam sebuah pernyataan yang disiarkan televisi dari kota timur Kharkiv, Yanukovych mengatakan, "Saya tidak mencoba untuk meninggalkan negara itu. Saya tidak berusaha untuk mengundurkan diri. Saya adalah presiden terpilih."

Sebelumnya, ketidakhadirannya di Ibu Kota--tempat tinggalnya pun telah dikosongkan--memicu adanya rumor bahwa ia mungkin mengundurkan diri atau kabur ke luar negeri.

Yanukovych terpilih sebagai presiden tahun 2010.

Gelombang kerusuhan di Ukraina dimulai pada November 2013, ketika Yanukovych membatalkan kesepakatan perdagangan dengan Uni Eropa dan memilih berbalik ke arah Rusia.

Oposisi turun ke jalanan dan menentang sikap Yanukovych. Langkah itu dan tawaran bulan berikutnya dari Rusia untuk membeli US$ 15 miliar utang Ukraina dan memotong harga gas yang harus dibayarnya kepada Rusia memicu adanya anggapan bahwa ini adalah perang tak langsung antara Rusia dan negara Barat.

Faktor lain dalam keputusan Yanukovych untuk tidak menandatangani kesepakatan dengan Uni Eropa mungkin juga dipicu oleh adanya tuntutan yang meminta dilepaskannya mantan Perdana Menteri Yulia Tymoshenko, lawan politiknya, dari penjara. Tymoshenko menjadi perdana menteri setelah terjadi Revolusi Oranye 2004.


Yulia Tymoshenko

Pemimpin oposisi Yulia Tymoshenko, 53 tahun, telah dibebaskan dari penjara di Kharkiv, menurut juru bicara partai Fatherland.

Berita soal pembebasannya, setelah hampir dua setengah tahun ia dipenjara, muncul hanya beberapa jam setelah Parlemen Ukraina mengeluarkan resolusi yang menyerukan pembebasannya, Sabtu, 22 Februari 2014.

Tymoshenko, mantan perdana menteri, kalah dalam pemilihan presiden 2010 oleh Viktor Yanukovych.

Tahun berikutnya dia dijatuhi hukuman tujuh tahun penjara setelah dinyatakan bersalah atas penyalahgunaan wewenang dalam kesepakatan gas alam saat bernegosiasi dengan Rusia pada 2009.

Dia berulang kali menyebut sidang kasus itu sebagai lelucon. Amerika Serikat dan Eropa melihat hukuman terhadap Tymoshenko bermotif politik.

Pada 2012, setelah Tymoshenko diduga dipukuli sampai pingsan oleh penjaga penjara, ia melakukan aksi mogok makan untuk menarik perhatian pada "kekerasan dan tidak adanya hak" yang ia alami di negaranya.

Dia dikenal sebagai pahlawan Revolusi Oranye 2004 di negara itu.


Vitali Klitschko

Pemimpin oposisi lainnya adalah mantan petinju kelas dunia, Vitali Klitschko. Ia telah menjadi tokoh oposisi terbesar dan paling terkenal selama krisis Ukraina tahun lalu.

Sebagai tanda pengaruhnya, Klitschko pergi ke kantor Yanukovych untuk bernegosiasi ihwal krisis Ukraina. Klitschko memimpin partai Ukrainian Democratic Alliance for Reforms.

Presiden Yanukovych sempat menawarkan Klitschko jabatan wakil perdana menteri untuk mengakhiri krisis ini, tapi ia menolaknya.


Arseniy Yatsenyuk

Yatsenyuk, 39 tahun, telah memimpin partai oposisi Batkivshchyna, atau Fatherland, partai Yulia Tymoshenko, sejak Desember 2012.

Dia memiliki banyak pengalaman di pemerintahan, antara lain menjadi Ketua Parlemen Ukraina dari 2007 sampai 2008.

Sebelum itu, ia menjabat Menteri Luar Negeri Ukraina pada 2007 dan Menteri Ekonomi tahun 2005-2006.

Berbicara dengan Christiane Amanpour dari CNN pada Desember 2013, sebelum aksi protes meningkat menjadi konfrontasi mematikan, Yatsenyuk mendesak Yanukovych berkompromi dan menguraikan visinya untuk reformasi.

"Orang-orang masih percaya pada masa depan mereka--sebagai Eropa," katanya. "Saya percaya bahwa kita pasti akan mencapai target kami: negara makmur dan pro-Eropa."

Dia menolak tawaran Presiden Yanukovych untuk menduduki jabatan perdana menteri, Januari 2014 lalu.


Oleh Tyahnybok

Oleh Tyahnybok memimpin partai nasionalis, oposisi sayap kanan Svoboda, atau Freedom, dalam dekade terakhir.

Menurut biografi di situs web partainya, pandangan awalnya dibentuk oleh pengintaian dinas rahasia Soviet, KGB, yang terus-menerus dilakukan atas keluarganya dan penindasan terhadap kakeknya saat Rusia berada di bawah kekuasaan Stalin.

Ia belajar kedokteran di perguruan tinggi sambil menyelesaikan dinas militer. Ia terlibat dalam politik saat mahasiswa dan bergabung dengan partai Svoboda pada 1991.

Tyahnybok pertama kali terpilih untuk posisi dewan lokal pada 1994, dalam usia 25 tahun, dan masuk Parlemen empat tahun kemudian. Ia menjadi pemimpin partai ini  pada 2004, ketika berubah nama dari Partai Sosial National Ukraina menjadi Svoboda.

Kekhawatiran telah dikemukakan oleh beberapa kalangan tentang pandangan ekstremis yang dianut beberapa anggota partainya.

Namun dalam sebuah wawancara dengan New York Times pada 2012, Tyahnybok membantah bahwa Svoboda adalah anti-Semit, penganut xenofobia, anti-Rusia, atau anti-Eropa. "Svoboda hanya dan hanya partai pro-Ukraina. Itu saja," kata Tyahnybok.


Refrensi :
http://lipsus.kompas.com/topikpilihanlist/2972/1/krisis.ukraina

Tidak ada komentar:

Posting Komentar